rate it please ^_^

Senin, 27 Februari 2012

PERKEMBANGAN BIMBINGAN KONSELING (BK) DARI MASA KE MASA

           Bimbingan dan penyuluhan sebagai suatu ilmu, masih merupakan suatu ilmu yang baru bila di bandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain pada umumnya. Bila kita telusuri maka bimbingan dan penyuluhan itu mulai muncul sekitar permulaan abad XX. Gerakan ini mula-mula timbul di Amerika, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frank Parsons, Jesse B. Davis, Eli Wever, John Brewer dsb.
            Para ahli inilah yang mempelopori bergeloranya bimbingan dan penyuluhan, sehingga kemudian masalah ini berkembang dengan pesatnya. Secara singkat dapatlah digambarkan tentang perkembangan bimbingan dan penyuluhan itu sebagai berikut:
            Pada tahun 1908 di Boston oleh Frank Parson didirikan suatu biro yang dimaksudkan untuk mencapai efisiensi kerja, dan beliaulah yang mengemukakan istilah atau pengertian tentang “Vocational Guidance” yang meliputi “vocational chioce, vocacional placement” dan “vocacional training” yang diharapkan akan adanya efisiensi dalam lapangan pekerjaan. Dan beliau pula yang mengusulkan agar masalah “vocacional guidance” dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Dengan langkah ini dapat kita lihat bagaimana masalah bimbingan ini mendapatkan perhatian yang begitu jauh oleh beliau ini. Pada tahun 1990 Frank Parson mengeluarkan buku yang mengupas tentang soal pemilihan jabatan. Dan pemilihan jabatan ini nanti juga akan merupakan salah satu aspek yang penting di dalam lapangan bimbingan dan penyuluhan.
            Jesse B. Davis yang bertugas sebagai konseler sekolah di Centre High School di Detroit, telah pula mulai bergerak dalam bidang ini, baik mengenai masalah-masalah yang ada dalam pendidikan maupun dalam lapangan pemilihan jabatan. Dan pada tahun 1910-1916 beliau memberikan kuliah-kuliah mengenai bimbingan dan penyuluhan. Kegiatan serupa juga dilakukan oleh Eli wever di New York, John Brewer di Universitas Harvard. Dan pada tahun 1913 didirikanlah suatu perhimpunan di antara para pembimbing itu.
Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang “developing one’s potential “ (pengembangan potensi individu) dapat ditelusuridari masyarakat Yunani kuno.             Mereka menekaankan tentang upaya–upaya untuk mengembangkan dan memperkuat individu melalui pendidikan, sehingga mereka dapat mengisi peranannya di masyarakat. Mereka meyakini bahwa dalam dirri individu terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat distimulasi dan dibimbing ke arah tujuan–tujuan yang berguna, bermanfaat, atau menguntungkan baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat.
            Terkait dengan perhatian masyarakat Yunani ini, Plato dapat dipandang sebagai “konselor” Yunani Kuno, karena dia telah menaruh perhatian yang begitu besar terhadap pemahaman psikologis individu, seperti menyangkut aspek isu – isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat, dan teologis. Dia juga menaruh perhatian terhadap masalah-masalah (1) bagaimana membangun pribadi manuasia yang baik melalui asuhan atau pendidikan formal, (2) bagaimana caranya supaya anak dapat berpikir lebih efektif, dan (3) teknik apa yang telah berhasil mempengaruhi manusia dalam kemamapuannya mengambil kepputusan dan mengembangkan keyakinanannya.
            Sebagai “konselor” kedua dari Yunani ini adalah Aristoteles (murid Plato). Dia banyak berkonribusi pemikiran ke dalam bidangan psikologi. Salah satu sumbangan pemikirannya itu adalah studi tentang interaksi individu dengan lingkungan dan yang lainnnya, serta upaya mengembangkan fungsi-fungsi individu secara optimal.
            Orang besar Yunani lainnya,yaitu Hippocrates dan para dokter (tabib) lainnya juga menaruh perhatiannya terhadap bidang psikologi ini, seperti terefleksikan dari pendapatnya, yaitu bahwa gangguan mental (mental disorder) yang didderita individu disebabkan oleh faktor alam.
            Di Roma, para orang tua bekerja bersama anak-anaknya,yang berperan sebagai model (teladan) dan mendorong mereka untuk mengeksplorasi, mempelajari, atau memperluas wawasan tentang pekerjaan. Masyarakat Yahudi purba mempunyai perhatian terhadap individualitas dan hak menentukan atau pengaturan diri sendiri (self-determination). Sementara masyarakat Kristenmenekankanbahwa idealita kemanusiaan menjadi dasar bagi kehidupan masyarakat demokratis, yang pada abad ini mempengaruhi gerakan konseling.
            Luis Vives sebagai filosof dan juga pendidik berpendapat bahwa merupakan suatu kebutuhan untuk membimbing individu yang sesuai denan sikap dan bakatnya. Di samping itu dia mengemukakan bahwa para wanita pun harus dipersiapkanuntuk dapat bekerja.
            Rene Descrates (1596 – 1650) telah melakukan studi tentang tubuh manusia sebagai suatu organisme yang mereaksi terhadap berbagaistimulus. Sementara pada abad 18, Jean Jacques Rousseau (1712 – 1778) menemukakan bahwa perkembangan inidividu dapat berlangsung dengan baik, apabila dia bebas untuk mengembangkan dorongan-dorongan alamiahnya, dan dia diberi kebebasan untuk belajar dan belajar melalui berbuat (bekerja). Hampir bersamaan waktunya dengan Rousseau, Johann Pestalozzi (1746 – 1827) seorang pendidik ternama dari Swiss mengemukakan bahwa masyarakat itu dapat direformasi, apabila setiap warga masyarakat tersebut dapat menolong perkembangan dirinya sendiri (to help himself develop).
            Dengan ditemukannya mesin cetak, maka terbitlah buku-buku tentang bimbinga, seperti menyangkut kehidupan beragama, dan eksplorasi kariri, atau pekerjaan. Awal abad ke – 20 merupakan kondisi yang kondusif danposisi yang penting bagiperkembangandanpenerimaan bimbingan, baik secara konseptual – teoretik maupun praktek di lapangan. Buku-buku itu seperti karangan Powell, yaitu Tom of All Trades; Or the Plalin Pathway to Preferment, yang diterbitkan di London tahun 1631. Melalui buku ini Powell memberikan penjelasan tentang berbagai informasi yang terkait dengan profesi (pekerjaan) danbagaimana mencapai atau memperolehnya, sumber – sumber bantuan finansial, dan sekolah – sekolahtertentu yang cocok untuk mempersiapkannya.
            Paparan di atas merupakan sekilas pandanag para tokoh tentang bagaimana bimbingan dan konseling itu berkembang, dari mulai zaman yunani kuno sampai dengan abad 18-an. Pada uraian berikut akan dijelaskan tentang bagaimana tonggak-tonggak sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika dan Indonesia.
Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 – 24 Agustus 1960.
            Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.
            Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.             Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.
            Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah.
            Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas.


Tidak ada komentar: